“Guardian merupakan alat sensor akustik yang mampu mendeteksi dan merekam aktifitas suara berupa suara binatang, mesin gergaji (chainsaw), truk pengangkut, suara tembakan, dan mengirimkannya melalui notifikasi/pemberitahuan ke dalam ponsel tim Patroli sehingga memudahkan tim patroli untuk melakukan pemeriksaan langsung,’’ jelas Manager Program KKI WARSI, Rainal Daus, dalam relis yang diterima Padek.co.

Sistem operasi “Guardian” telah membantu dan memudahkan tim Patroli LPHN di 6 Nagari untuk melakukan pemantauan secara real time serta mengefektifkan kinerja Tim Patroli LPHN dalam mengumpulkan barang bukti atas temuan lapangan berupa rekaman suara, foto temuan lapangan, serta titik koordinat lokasi temuan.

Nah, masalahnya sekarang, pemantauan berbasis Guardian di wilayah Hutan Nagari itu menciptakan tantangan baru. Hal itu terutama menyangkut kapabilitas tim Patroli dalam melakukan penindakan atas temuan lapangan.

Tantangan lainnya adalah bagaimana mekanisme koordinasi dengan Polisi Kehutanan dan Penegak Hukum.

Belum lagi bicara soal kurangnya sarana dan infrastruktur serta sumber daya manusia tim Patroli LPHN yang terbatas untuk melakukan patroli bersama.

Untuk itu penting kiranya membangun sinergitas terpadu antara komunitas LPHN, Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) Dinas Kehutanan Sumatera Barat, masyarakat sipil, dalam rangka mengoptimalkan perlindungan dan pengamanan hutan ke depannya.

“Sinergitas terpadu itulah yang kita bicarakan dalam Workshop Penguatan tata kelola Perlindungan dan Pengamanan Hutan Berbasis Teknologi Artfisial Inteligent (Guardian) di Sumatra Barat hari ini,” ujar Asisten Komunikasi KKI WARSI, Nabhan Aiqani.